Halo, Kawans!
Sudah nonton film Bumi Manusia? Jika sudah, sebagian besar remaja mungkin akan terkesan dengan penampilan Iqbaal Ramadhan yang bermain peran sebagai tokoh utama: Minke. Sama halnya dengan Mawar Eva de Jongh yang memerankan Annelies. Cerita romansa antara Minke dan Annelies dalam film tersebut memang mendapatkan porsi yang cukup banyak di sepanjang cerita, yang mungkin bagi sebagian orang akan luput melihat salah satu pesan utama dari seorang Pramoedya Ananta Toer dalam caranya melihat sejarah Indonesia: sebuah masa pergerakan nasional.
Pram, sapaan akrabnya, adalah seorang penulis cerita Bumi Manusia, novel yang ditulis dalam masa-masa getirnya hidup selama menjalani pengasingan di Pulau Buru bersama tiga karya lain yang menyertainya. Melalui Bumi Manusia, secara tersirat Pram tampaknya berupaya menawarkan sebuah narasi baru bagi kemunculan zaman pergerakan nasional yang selama ini diperingati setiap 20 Mei, tanggal berdirinya Boedi Oetomo pada 1908, sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pram meyakini Sarekat Dagang Islam dan kemunculan pers berbahasa Indonesia yang dimotori oleh Tirto Adhi Soerjo, adalah masa awal pergerakan nasional yang sesungguhnya.
Bagaimana bisa Pramoedya membaca dan menafsirkan sejarah pergerakan nasional dengan cara yang demikian?
Dedy Hermansyah, alumni Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin, kali ini akan berbagi banyak cerita mengenai pemikiran Pramoedya dalam sesi “Kuliah Bersama: Membaca Rintisan Awal Pergerakan Nasional Lewat Novel Bumi Manusia”. Kuliah ini akan mendiskusikan secara reflektif narasi dan pemahaman sejarah pergerakan nasional yang, diharapkan, akan membuka cakrawala baru dalam memahami sejarah Indonesia.
Mari ikut serta, catat tanggalnya:
Hari/Tanggal: Senin/18 Oktober 2022
Waktu: 13.00 – 15.00 WITA
Tempat: Zoom Meeting
Meeting ID: 834 1747 5354
Passcode: Bumi
Kegiatan ini dapat Anda ikuti secara gratis!